Senin, 02 April 2012

Nou Camp, Kuburan Barca atau Milan ?

Share on :


”Jika Anda punya Ferrari dan saya hanya memiliki mobil kecil, saya harus menusuk ban mobil Anda atau menaburkan gula ke tangki mobil Anda,” kata Jose Mourinho saat bersama Inter Milan mendepak Barcelona di Liga Champions 2010. Bersama AC Milan, Massimiliano Allegri meniti jejak Mourinho.

Ucapan metaforis yang dilontarkan Mourinho untuk menggambarkan bagaimana cara dan siasat melawan klub sehebat Barcelona. Intinya, jangan pernah berambisi menyaingi kekuatan mereka, yakni penguasaan bola.

Kalau perlu, berilah bola ke mereka, biarkan mereka bermain-main dengan bola sesuka hati dan hadapi mereka dengan ”cara-cara licik”. Allegri dan pemain Milan tak mau disebut ”bermain licik” saat menahan Barcelona, 0-0, meski tekel-tekel mengarah kaki dan aksi tarik kaus kostum mewarnai laga putaran pertama perempat final Liga Champions di San Siro, Rabu (28/3) atau Kamis dini hari WIB.

Dengan hasil itu, Barcelona satu-satunya tim tamu yang gagal membawa pulang kemenangan dalam laga tandang mereka. Kekuatan tradisional Liga Champions, seperti Real Madrid dan Bayern Muenchen, serta Chelsea tinggal mempertahankan kemenangan tandang mereka saat jadi tuan rumah, pekan depan.

Dua tiket semifinal seakan bakal menjadi milik Madrid dan Bayern. Madrid, di bawah Pelatih ”Special One” Mourinho, menggulung klub ajaib dari Siprus, APOEL Nicosia, 3-0. Bayern melipat Olympique Marseille, 2-0. Chelsea memukul Benfica, 1-0.

Tidak banyak waktu yang dimiliki tim-tim kalah untuk konsolidasi kekuatan. Laga putaran kedua digelar pekan depan: Selasa (3/4) untuk Barcelona versus Milan di Nou Camp dan Bayern vs Marseille di Fußball Arena.

Keesokannya, Chelsea menjamu Benfica di Stamford Bridge dan Real Madrid menjamu APOEL di Santiago Bernabeu. Dari ketiga tim pemenang pekan ini, Chelsea belum bisa tidur nyenyak. Kemenangan 1-0 belum aman buat wakil Inggris itu.

Benfica pernah membuktikan diri mampu menjebol gawang dengan dua gol saat bertandang ke wakil Inggris lainnya, Manchester United, di penyisihan grup meski gawang mereka pun kebobolan dua gol. ”Kami bermain bagus dan, saya pikir, kami bisa menang di London. Banyak kemungkinan bisa terjadi dan saat ini laga belum berakhir,” kata Maxi Pereira, bek Benfica.

Dengan format laga kandang- tandang di babak knockout, laga bisa dikatakan berlangsung 180 menit yang dibagi dalam dua laga secara terpisah. ”Selama 180 menit itu, Anda harus berada dalam kondisi puncak permainan,” kata Arsene Wenger, Pelatih Arsenal.

Dari hasil empat laga putaran pertama, tidak terbantahkan, duel Barcelona versus Milan masih bakal menghadirkan drama yang sulit diduga. Kemampuan Allegri menjinakkan Lionel Messi dan kawan-kawan dengan stok pemain tidak maksimal patut diacungi jempol.

”Two in one” Milan

Barcelona boleh saja menguasai 62 persen penguasaan bola dan lebih banyak melesakkan tembakan (15 kali—lima tepat sasaran—ketimbang Milan yang hanya empat kali upaya serangan dan dua yang tepat sasaran). Namun, yang terpenting bagi Milan, permainan tim asuhan Pep Guardiola tidak berkembang.

Messi terkunci dan diisolasi dari playmaker Xavi Hernandez dan Andres Iniesta lewat kepungan enam atau tujuh pemain di depan kotak penalti. Saat lewat dari hadangan Massimo Ambrosini, yang menggantikan peran Mark van Bommel, Messi tidak dibiarkan lepas oleh bek tengah Alessandro Nesta, pengganti Thiago Silva yang cedera.

Alexis Sanchez dibuat tak berkutik dan mejan di depan gawang, dimentahkan bek kiri Luca Antonini. Ditambah penampilan cemerlang kiper Christian Abbiati, cara Milan bertahan dari serangan para pemain Barcelona tak ubahnya suatu seni. Seni cara mempertahankan diri (the art of defending) khas tim-tim Italia.

”Kami melakukan dua fase pendekatan permainan yang berbeda, yakni bertahan dan menyerang,” ujar Allegri saat jumpa pers. Fase permainan bertahan itu banyak terlihat di babak pertama, saat mereka justru mendapat peluang emas melalui Robinho dan Zlatan Ibrahimovic.

Dapat dikatakan, kunci sukses Milan meredam Barcelona terletak pada kemampuan memadukan dua fase pendekatan permainan dalam satu laga (two in one) itu. ”Kami menekan jauh di pertahanan mereka dan mampu bertahan di separuh wilayah kami. Hasil ini memberi kami pengetahuan bahwa kami datang ke Barcelona dengan masih punya peluang,” kata Allegri.

Walhasil, meski ini hanya soal persepsi, hasil seri itu dirasakan kubu Milan seperti kemenangan yang tertunda.

Siapa bakal terkubur ?

Dengan hasil imbang tanpa gol di San Siro itu, Milan akan lolos jika mencetak hasil seri dengan gol. Hal itu pernah dilakukan Milan tanpa diperkuat Ibrahimovic saat menahan Barcelona, 2-2, di babak penyisihan grup.

Pelatih Guardiola paham, tanpa mengantongi gol tandang di San Siro, bakal tidak mudah menghadapi tim sekualitas Milan. ”Saya pikir, kami harus mencetak lebih dari satu gol agar bisa lolos dan kami akan berusaha melakukan itu,” tutur Guardiola. ”Mereka tahu, jika mereka mencetak gol, kami harus mencetak dua gol. Jika mereka mencetak dua gol, kami harus tiga gol.”

Dengan kacamata berpikir positif, kegagalan menembus pertahanan Milan pada putaran pertama itu memberi pemahaman soal dimensi lain permainan klub Italia tersebut. Seperti biasa, Guardiola tidak mempersoalkan kepemimpinan wasit Jonas Eriksson (Swedia), yang dikritik media Spanyol lalai tidak memberi dua penalti saat Alexis dijatuhkan Abbiati dan kaus Carles Puyol ditarik Djamel Mesbah.

Yang menjadi perhatian Guardiola—dan itu diakui Wakil Presiden AC Milan Adriano Galliani—adalah soal kondisi lapangan San Siro yang tidak ideal. Lapangan Nou Camp pasti akan disiapkan berbeda. Rumput akan dipotong dengan pas dan disiram cukup untuk memastikan permainan passing Messi dan kawan-kawan bisa berjalan mulus.

Bagaimana hasil akhir putaran kedua? Dengan sama-sama butuh mencetak gol, bisa dipastikan bakal banyak drama pada laga itu. Drama yang menghadirkan kematian dan kuburan, entah bagi Milan atau Barcelona....

0 komentar:

Posting Komentar

Cules Azulgrana. Diberdayakan oleh Blogger.